Jumat, 16 Juni 2017

Pelesiran Toya Devasya Kintamani

Perjalanan kami selanjutnya dengan sepeda motor adalah menuju kintamani, tepatnya ke pemandian air panas Toya Devasya.
Ini semua karena salah prediksi arus laut aja, tadinya kami berniat menyeberang ke pulau Nusa Penida untuk eksplore wisata disana. Namun ternyata cuaca tidak mendukung, ombaknya sedang pasang dan angin juga cukup kencang. Ya sudahlah, next time saja ke Nusa Penida..

Kami melaju dari Denpasar menuju Kintamani melewati jalur By Pass Ida Bagus Mantra, Klungkung, Bangli menuju Kintamani hanya dalam waktu kurang lebih satu setengah jam saja.

Pemandangan dari atas sangat recomended buat foto-foto, dengan latar danau batur serta gunung agung. Angin lembah juga berhembus dengan sejuk walaupun tengah hari, memanjakan mata untuk berlama-lama duduk disana. Hanya saja pengunjung akan sering ditawari ibu-ibu penjual accesories, pijat refleksi atau buah apalah yang kadang agak sedikit memaksa. Tapi tidak masalah selama kita bisa menolaknya secara sopan.

Turun ke Danau, jalanan agak curam dan berkelok-kelok serta kurang mulus. Beberapa bagian sedang diperbaiki. Hati-hatilah jika keadaan rem kurang pakem ketika dari arah berlawanan berpapasan kendaraan lain misalkan mobil. Kontur jalanan pinggir danau menuju pemandian air panas pun tidak begitu rata di beberapa titik.

Di kintamani ada 2tempat pemandian air panas yang katanya alami yaitu Toya Devasya dan Toya Bungkah. Kami memilih yang Toya Devasya karena sepertinya bagus jika lihat di foto-foto.

Tiket masuknya 60.000 perorang bagi wisatawan domestik dan wajib deposit uang 80.000 untuk 2orang. Entah karena apa ada deposit, mungkin untuk penyewaan loker 10.000 atau lainnya.

Di dalamnya tidak begitu luas, ada pemandian buat anak kecil, ada 1kolam air biasa size olympic, ada restoran, ada cafe dengan bangku-bangkunya. Kolam air panas dewasanya hanya ada 1 yang langsung menghadap danau. Tapi tidak terlalu panas menurut kami, hanya suam-suam kuku saja panasnya kecuali dari pancurannya ada terasa agak panas.

Kami tidak lama mandi disana, hanya sekedar foto-foto saja. Selanjutnya pulang sambil mencari makan ikan mujair nyatnyat aslinya kintamani, tapi dapat-dapatnya malah di Ubud. Nyari resto apung yang banyak direkomen orangpun kami tidak ketemu, malah bablas mau masuk Desa Trunyan yang terkenal seram.
Ya nikmatilah mujair nyatnyat Kintamani di Ubud.. :)