Tampilkan postingan dengan label wisata bali utara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label wisata bali utara. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Agustus 2017

Taman Air Tirta Gangga

Merupakan salah satu objek wisata yang ada di utara Bali atau tepatnya di Kabupaten Karangasem. Taman Tirta Gangga merupakan taman air dengan beberapa kolam ikan dan hanya 1kolam pemandian orang dewasa.

Taman Air Tirta Gangga
                                
Harga tiket masuk untuk 1orang dewasa lokal sebesar Rp.15.000/orang, parkir 2ribu rupiah saja. Pengunjung akan senang melihat ikan mas koi yang besar-besar berenang, lebih bagus jika membawa makanan ikan akan lebih seru melihatnya.

Jika datang kesini, enaknya pada pagi atau sore hari karena terik matahari tidak terlalu panas sehingga bisa bersantai.

Seperti halnya tempat wisata disekitar lokasi ada beberapa penjual cendramata, namun tidak banyak.


Gerombolan Ikan Mas di Tirta Gangga

Jumat, 16 Juni 2017

Pelesiran Toya Devasya Kintamani

Perjalanan kami selanjutnya dengan sepeda motor adalah menuju kintamani, tepatnya ke pemandian air panas Toya Devasya.
Ini semua karena salah prediksi arus laut aja, tadinya kami berniat menyeberang ke pulau Nusa Penida untuk eksplore wisata disana. Namun ternyata cuaca tidak mendukung, ombaknya sedang pasang dan angin juga cukup kencang. Ya sudahlah, next time saja ke Nusa Penida..

Kami melaju dari Denpasar menuju Kintamani melewati jalur By Pass Ida Bagus Mantra, Klungkung, Bangli menuju Kintamani hanya dalam waktu kurang lebih satu setengah jam saja.

Pemandangan dari atas sangat recomended buat foto-foto, dengan latar danau batur serta gunung agung. Angin lembah juga berhembus dengan sejuk walaupun tengah hari, memanjakan mata untuk berlama-lama duduk disana. Hanya saja pengunjung akan sering ditawari ibu-ibu penjual accesories, pijat refleksi atau buah apalah yang kadang agak sedikit memaksa. Tapi tidak masalah selama kita bisa menolaknya secara sopan.

Turun ke Danau, jalanan agak curam dan berkelok-kelok serta kurang mulus. Beberapa bagian sedang diperbaiki. Hati-hatilah jika keadaan rem kurang pakem ketika dari arah berlawanan berpapasan kendaraan lain misalkan mobil. Kontur jalanan pinggir danau menuju pemandian air panas pun tidak begitu rata di beberapa titik.

Di kintamani ada 2tempat pemandian air panas yang katanya alami yaitu Toya Devasya dan Toya Bungkah. Kami memilih yang Toya Devasya karena sepertinya bagus jika lihat di foto-foto.

Tiket masuknya 60.000 perorang bagi wisatawan domestik dan wajib deposit uang 80.000 untuk 2orang. Entah karena apa ada deposit, mungkin untuk penyewaan loker 10.000 atau lainnya.

Di dalamnya tidak begitu luas, ada pemandian buat anak kecil, ada 1kolam air biasa size olympic, ada restoran, ada cafe dengan bangku-bangkunya. Kolam air panas dewasanya hanya ada 1 yang langsung menghadap danau. Tapi tidak terlalu panas menurut kami, hanya suam-suam kuku saja panasnya kecuali dari pancurannya ada terasa agak panas.

Kami tidak lama mandi disana, hanya sekedar foto-foto saja. Selanjutnya pulang sambil mencari makan ikan mujair nyatnyat aslinya kintamani, tapi dapat-dapatnya malah di Ubud. Nyari resto apung yang banyak direkomen orangpun kami tidak ketemu, malah bablas mau masuk Desa Trunyan yang terkenal seram.
Ya nikmatilah mujair nyatnyat Kintamani di Ubud.. :)

Senin, 02 Januari 2017

Taman Ujung Soekasada

Bagian ke-2 dari perjalanan kami ke Karangasem adalah mengunjungi Taman Ujung Soekasada di sebelah timur Bali. Lokasinya persis dipinggir pantai, bahkan parkirannya sendiri berbatasan langsung dengan pantai.

Dengan membayar tiket 15ribu per orang serta parkir motor 2ribu, kami bebas membawa makanan minuman ke areal wisata. Beberapa keluarga yang berkunjung juga kebanyakan justru berpiknik di atas hamparan rumput hijau dipinggir kolam-kolam ikan.


Taman Ujung Soekasada lebih mirip taman bernuansa bangunan-bangunan tua, dan yang paling ikonik disini adalah bangunan tua diatasnya.

Pengunjung harus menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai spot foto terbaik disini. Dan waktu kami kesana, banyak sekali orang-orang disana yang berfoto sehingga kami malas untuk naik.
Bagi keluarga yang bawa anak-anak, bisa menghibur mereka dengan sewa sepeda air diatas kolam atau memberi makan ikan-ikan pinggir kolam sementara yang lainnya bersantap diatas tikar yang dibawa masing-masing dari rumah.





Bagi kami sendiri tempat ini tidak begitu mengesankan, tidak begitu luas dan juga kurang menghibur buat spot foto. Saran saya pribadi sih, lebih baik lagi jika taman ini lebih banyak ditanami bunga-bunga dan tempat duduk sehingga bisa lebih berwarna dan nyaman untuk berlama-lama disini. Lagipula di Bali ini sepertinya masih belum banyak taman yang menyajikan bunga beraneka warna.


Pantai Amed Tahun Baru 2017

Benar apa yang dibilang Ni Kadek, gadis asli Bali teman sekantor bahwa tahun baru di Bali identik dengan cuaca mendung dan hujan. Kali inipun pergantian tahun baru disambut dengan hujan sejak pagi hari. Selain itu pemandangannya sama saja seperti di Jakarta yaitu macet parah terutama menuju tempat-tempat wisata dan hiburan malam seperti kawasan kuta legian.



Sebenarnya kemacetan parah sudah mulai terasa dari Jumat siang, orang-orang mulai hilir mudik dengan kegiatannya masing-masing. Kemudian semakin parah pada Sabtu menjelang malam.

Sayapun memutuskan untuk tahun baruan menyingkir jauh dari Selatan Bali menuju Pantai Amed.
Entah mengapa tiba-tiba terpikir untuk ke Pantai Amed, padahal sedikitpun tidak terpikir untuk melihat pemandangan wisata yang bagus disana. Hanya saja ada keinginan mengunjungi Taman Ujung Soekasada di Karangasem, agar satu jalur maksudnya.

Dan sesampainya kami di Pantai Amed, ini lebih mirip pantai Ujung Genteng di Sukabumi. Jalanan yang sempit dengan kiri kanan berjejer aneka jenis penginapan dan cafe-cafe kecil pinggir pantai. Kawasan ini kurang tertata apik, sampai-sampai kami sendiri tidak tahu dimana sebenarnya pantai Amed karena tidak ada plang khusus bertuliskan nama tersebut. Atau memang mungkin tidak ada pantai buat umum disini, melainkan semua milik bungalow-bungalow tersebut, jadi semacam private beach.

Yang kami lihat pantai hanya dari tepi jalan, itupun Pantai Jemeluk namanya, agak jauh dari peta Pantai Amed.

Jangan harap ketemu penjual makanan murah sekelas backpacker dsini, rata-rata semua cafe sekelas bule atau menengah keatas. Satu-satunya yang menolong cuma Indomart.


Jalanan sekitar jika malam juga seram banget, sempit, berkelok-kelok, menanjak dan minim penerangan jalan. Karena ini pula akhirnya kami memutuskan untuk menginap disini, di homestay milik penduduk. Memang tidak semeriah di Kuta atau Jakarta, tahun baru disini lebih tenang, hanya beberapa cafe dan bar saja yang mengadakan party kecil-kecilan buat bule.