Minggu, 18 Desember 2016

Cara menuju Lombok via Pelabuhan Padang Bai

Dari Kawasan Kuta, jl.Sunset Road, Jl By Pass Ngurah Rai, Belok kanan ke arah Tabanan menuju Jl.Ida Bagus Mantra. Tinggal lurus terus sampai ke menemukan Pelabuhan Padang Bai, adanya belok ke sebelah kanan jalan. Perjalanan memakan waktu kira-kira 1,5 - 2jam dengan jalanan aspal yang relatif bagus dan mayoritas trek lurus saja.



Sebelum berangkat, ada baiknya membeli cemilan dulu di alfamart sebelah pom bensin sekalian isi bensin biar tidak kehabisan di jalan karena perjalanan di kapal akan memakan waktu paling cepat 4jam dengan kecepatan kapal rata-rata 18-24knot.

Walaupon di kapal ada tivi, agar tidak bosan lebih baik main gadget atau tidur. Jika beruntung dapat kapal yang tempat duduknya bagus bisa tiduran di bangku selama perjalanan. Kalaupun pengen tiduran lebih nyaman, bisa pesan kamar sewaan yang lumayan mahal atau sekedar matras yang disewakan 50ribuan.


Tarif tiket penyeberangan dari Pelabuhan Padang Bai ke Pelabuhan Lembar pada Desember 2016 untuk motor dengan berapapun penumpang yang naik diatasnya sebesar Rp.112.000,-. Sangat murah dibandingkan jika yang naik motor 1keluarga dengan 2anak diatas motor. Begitupun dengan tarif penyeberangan sebaliknya.

Senin, 05 Desember 2016

Wisata Bedugul : Pura Ulun Danu Beratan

Walaupun tidak terlalu jauh dari Denpasar, tapi untuk ke tempat ini pagi-pagi rasanya tidak mungkin mengingat hujan yang tidak pernh tau waktu sekarang-sekarang ini.
Kami memilih booking hotel via Traveloka, lumayan hemat waktu jadinya walaupun berangkat malam harinya.

Setelah pagi sarapan, kamu langsung menuju pura karena baca-baca web katanya harus pagi-pagi kunjungan biar tidak hujan dan berkabut. Benar saja, pagi itu masih cerah ada matahari sehingga kami bisa puas selfie-selfie di sekitar pura.

Tiket masuknya juga tidak terlalu mahal, hanya 20ribu/orang dan puranya tidak jauh dari pinggir jalan.

Komplek pura sendiri tidak boleh dimasuki wisatawan, hanya dilewati saja. Untuk berfoto dan lain-lain adanya dipinggir danau persis seperti di gambar uang biru 50ribuan.

Pemandangan dengan latar pura, danau dan perbukitan yang berawan, sungguh menakjubkan. Ditambah dengan udara yang sejuk serta hangat matahari pagi, rasanya kami akan betah berlama-lama berwisata sekitaran sini.

Lanjut berniat ke Lovina, eh keburu hujan gerimis dan kabut turun sepanjang jalan diatas danau buyan. Akhirnya kami berhenti untuk makan bakso ayam sambil menikmati pemandangan Danau Tamblingan yang berkabut diatasnya. Oh ya, untuk yang muslim mesti jeli pilih-pilih makanan disini ya karena kebanyakan yang jual makanan disini menu nonhalal.

Tidak perlu ke Kintamani ternyata, disini juga kabutnya lumayan tebal dan tentunya bikin udaranya dingin sekali. Lanjut ke arah jalan gitgit juga sma, jalanan yang berkelok-kelok tajam, licin dan menurun serta kabut yang agak menghalangi pandangan.. Berhati-hatilah kalau rem-nya bermasalah.

Kamipun akhirnya memilih kembali pulang setelah tahu jalanan menuju air terjun Gitgit medannya terlalu sulit untuk kami tempuh. Begitupun untuk memasuki Kebun Raya Bedugul yang luas, kami memilih mundur mengingat kami tidak membawa makanan atau tikar untuk berpiknik disini.

Thanks Bedugul, see you next time..

Sabtu, 12 November 2016

Tampak Siring Journey

Mumpung di Bali, sepertinya setiap weekend jadi begitu berarti untuk liburan. Sayangnya sudah menuju musim penghujan nih, cuaca mendung-mendung bikin males gerak..

Untungnya kemarin itu cuaca siang masih ada matahari, tergeraklah untuk jalan-jalan ke Ubud dan tampak siring.

Masih berdua teman kantor, berangkatlah ladies jalan-jalan boncengan motor dari kuta menuju Denpasar. Hanya untuk makan dulu, biar ga pusing nyari makan nanti di tempat wisata.

Makan sop kepala ikan di Warung Sanur jl.Mpu Tantular-Renon, lumayan puas karena dapat 2mangkok sop kepala ikan+2 ikan goreng+2nasi+sambal+1 es jeruk+1 es cincau hanya 84k.

Kenyang makan, kami menuju daerah Gianyar, tadinya mau ke air terjun katulampa tapi berhubung musim hujan pastilah airnya keruh. Jadilah tujuan ke tampak siring.

Sedang khusyu mengemudi, eh kejadian juga, ada arak-arakan orang di truk berbaju adat terus seenaknya saja pada turun dan melakukan pawai.Kendaraan lain di stop, sebagian motor disuruh putar balik.. Omg
Untungnya berbekal gps, nemu juga jalan tikus menuju tampak siring journey.

Adanya di tempat pedesaan, ditengah hutan lebat dan terdengar bunyi congcorang yang nyaring sekali. Enak juga tempatnya buat sekedar duduk-duduk menjelang sore. Suasana santai dan dibuat senatural mungkin untuk beristirahat.

Harga tiketnya juga murah meriah, hanya 10rb/orang dan sudah dapat free minuman dingin rasa jeruk, coklat atau cappucino.

Ada permainan ayunan anak-anak, ada tempat duduk di atas , ada pemandangan pesawaha juga. Tapi yang jelas tempatnya seperti belum jadi, masih direnovasi sana-sini. Dan tidak ada pembatas antara tempat wisata dan hutan atau dengan pesawahan warga.

Mungkin konsep kedepannya akan bagus, ada resto-nya mungkin di atas dan pemandangan sawahnya juga diperbaharui lagi. Semoga saja..

Sabtu, 05 November 2016

Waterblow Nusa Dua

Hampir genap 1bulan kedatanganku di Bali ini, rasanya waktu berjalan begitu lambat..
Hari-hari terasa mulai membosankan, ditambah lagi dengan kurangnya fasilitas transportasi yang menjadi momok utama kehidupanku disini. Secara, orang yang tidak bisa mengemudi apapun jenis kendaraan macam aku sudah bisa dipastikan akan cepat merasa bosan di pulau ini.

Memang, Bali penuh tempat-tempat eksotis yang patut dibanggakan oleh negara ini. Wisatanya terkenal di seluruh dunia, namun sayang sekali sarana transportasi umum masih kurang memadai atau memang peminatnya yang kurang.Entahlah..

Jadilah aku seorang yang merasa bodoh telah memilih untuk bekerja disini dan terjebak dalam rutinitas yang membosankan di pulau yang sangat indah ini.

Aku selalu mengandalkan gojek untuk urusan kemana-mana atau teman kantorku untuk mengajak jalan-jalan, seperti kali ini sepulang urusan di kantor kami memilih pergi jalan-jalan ke Waterblow. Berboncengan dari Kuta menuju arah Jimbaran, mampir makan bakar ikan di pasar Kedonganan.

Pengalaman yang mengesankan makan ikan bakar disini, beli ikan sendiri, pilih-pilih akhirnya  beli cumi dan ikan kerapu. Minta dibakar dekat warung-warung pinggir pantai, duduk-duduk sambil melihat pemandangan perahu nelayan yang merapat. Minum es kelapa muda, ditambah dengan membayar harga yang jauh lebih murah daripada makan di resto Jimbaran.. Lengkap sudah puasnya makan ikan bakar disini

Agak sorean barulah kami menuju Waterblow yang kalau difoto-foto orang ada ombaknya yang menyembur muncrat dari karang-karang. Sayangnya waktu kami kesana tidak ada ombak seperti itu, laut biru sepertinya sedang tenang damai sentosa.

Entah disini itu ada tulisan Peninsula island begitu kami masuk dan berjalan kaki dari parkiran sekitar 100-200mtr, tapi aku tidak melihat ada pulau lagi. Yang ada hanya patung seperti Sri Rama dan Lesmana yang ada ditengah lapangan rumput.

Sore-sore dan malam minggu seperti ini, ternyata lokasi ini banyak dipakai orang-orang yang jogging atau sekedar jalan-jalan bersama hewan peliharaan. Bule-bule sendiri sepertinya lebih suka berenang di pantainya atau tidur-tiduran dibawah cabana. Aku sendiri lebih suka tiduran diatas rumput hijau dibawah pohon rindang, lebih terasa damai..

Sayang sekali, musim hujan rupanya mulai menghampiri Bali walaupun terlambat jauh dari   Jakarta dsk yang lama telah hujan setiap hari. Kami pun segera pulang..

Sabtu, 22 Oktober 2016

Hidden Canyon Gianyar Bali

Pengalaman menyusuri alam Gianyar Bali kali ini langsung sedikit ekstrim menurutku. Ini karena Wulan, teman kantor yang notabene asli Bali belum pernah ke Hidden Canyon yang katanya bagus buat foto-foto eksotisnya.

Itu juga karena aku terus terang mengandalkan dia untuk jalan kemana-mana, secara aku baru landing 2minggu lalu ke Bali.

Kami berboncengan menuju Gianyar dan hidden canyon terlewati karena tulisannya tidak terlihat jelas, hanya pakai banner yang tidak terlalu besar.Terletak di tengah komplek pura, entah pura apa dan pemakaman yang tidak terlalu besar.

Bayar tiket 15ribu untuk 1orang dan bebas pilih pilih pemandu atau tidak. Mengingat area asing, kamipun menggandeng 1orang pemandu, seorang pemuda lokal bernama Nyoman.

Beberapa turis asing yang sama-sama mau menjajal trek inipun ada yang pakai guide ada yang tidak, mereka tampak santai mengenakan bikini seksi.

Ini seperti petualangan si bolang buat saya, menyusuri aliran sungai yang dangkal dengan diapit tebing setinggi kira-kita 10meter.Alas kaki dicopot, dibawa Nyoman, melompat-lompat dari satu batu ke batu lainnya, merangkak-rangkak di tepian tebing juga.Oh,wulan.. demi mendapatkan foto yang eksotis kita harus sejauh ini kah? Ahhahaa..

Untungnya airnya jernih dan adem banget di kaki, banyak ikan kecil-kecil juga, bisa buat terapi gratis nih. Hanya saja lama kelamaan nih telapak kaki gak kuat juga injak-injak kerikil batu yang tajam, sakitnya minta ampun dah..

Spot foto 1, spot 2,.. Kelompok-kelompok kecil barengan kami sudah pada menyerah, banyak yang memilih pulang lagi ke parkiran. Kami terus jalani sampai spot 3 terakhir di hutan-hutan yang sedikit terlihat angker. Melewati sebuah gubuk kecil yang ada air pancurannya juga, pulang menyusuri pesawahan, mini zoo hidden canyon, sampai kembali ke sebelah pura dekat parkiran.

Syukurlah, setelah berjalan kaki menyusuri trek ini hampir 2jam lamanya..kami duduk-duduk sebentar membeli air kelapa muda, lalu membersihkan diri di toilet. Memberikan tip secukupnya ke pemandu jalan dan pulang dengan telapak kaki bengkak serta muka memerah kecapean.

Senin, 26 September 2016

Lembang Part I: Farm House

Perjalanan pertama kami dalam rangka "ngebolang" ala anak2 cewek sekantor dimulai dari perjalanan kereta api Gambir ke Stasiun Bandung. Tiba sekitar jam12 siang langsung bermaksud cari penginapan sekitar situ, hanya saja beberapa hotel yang kami datangi sudah full semua.Maklum karena PON sedang berlangsung di Bandung.

Akhirnya kami langsung menuju Lembang dengan memesan Gojek, tapi dari 3x pesan goride ternyata dicancel sama rider dengan alasan tidak boleh dari stasiun karena banyak ojek pangkalan. Tapi setelah semua dicancel hanya satu yang tidak bisa cancel, rider terlanjur confirm ontheway.Terpaksa saya turun dari angkot lembang menggunakan layanan gojek tersebut di dekat hotel Vio-pasir kaliki.

Saya tiba duluan, makan bakso pinggir jalan sambil menunggu mereka. Cek in hotel pas depan Farm house, lumayan murah dan bersih untuk budget backpacker seperti kami.
Masuk farm house hanya berjalan kaki, bayar tiket 20ribu/orang langsung tukar minum susu coklat atau rasa stoberi. Yummy..

Lokasinya tidak begitu luas menurut saya, tapi cukup bagus buat foto-foto dan duduk-duduk santai sambil ngopi.

Sayang sekali pengunjungnya ramai sekali waktu itu, beberapa spot foto seperti rumah hobbit dll harus antre sama yang lainnya.Selain itu hujan datang dan pergi, berulang lagi terus menerus bikin males mau antre foto.

Tempat yang paling enak menurut saya ada posisi diatas rumah hobbit itu, tempat terbuka dengan banyak bangku dan meja. Ada stand-stand makanan juga sehingga enak buat ngopi sore-sore atau malam jika cuaca cerah.

Selebihnya ada curug mini, kandang sapi, kandang burung, taman-taman, penjual aneka makanan, pernak pernik, bangunan gaya eropa dll. Kami tidak begitu lama disana karena hujan yang turun membuat mood ngedrop dan pengennya tiduran di kasur.

Lembang Part II: Floating Market

Hari berikutnya kami berkemas untuk cekout hotel di pagi hari sekitar jam8. Setelah sarapan bubur ayam dan ketupat tahu di persimpangan Lembang, kami menuju Floating market dengan menaiki angkot.

Berjalan kaki kira-kira 100meter, bayar tiket 20rb/orang sampailah di gerbang masuk. Lalu menukarkan potongan tiket dengan lemon tea atau kopi hangat.

Kami berkeliling sambil foto-foto ke arah kiri gerbang mengitari danau. Ada joglo has sunda dan saung-saung gratis tempat istirahat atau "botram" ala orang-orang sunda. Ada cafe-cafean, ada juga semacam penginapan di dalam area floating market.

Sesuai namanya, semakin kami ke dalam semakin banyak penjual makanan berjejer di pinggir danau atau juga ada yang berjualan diatas perahu namun mereka semua merapat dipinggir danau. Mungkin karena para pengunjungnya kebanyakan jarang yang menyewa perahu.

Yang disayangkan menurut saya, pengunjung hanya bisa membeli makanan-makanan tersebut dengan menggunakan koin yang harus dibeli dulu dikonter khusus. Koin pecahan 10rb atau 25rb tersebut tidak bisa diuangkan kembali jika masih tersisa.

Kami yang tadinya tertarik makan disana jadi mengurungkan niat karena sistem koin yang sedikit ribet tsb. Padahal harga makanannya cukup terjangkau, tidak mahal-mahal amat.

Terus terang saya lebih suka di tempat ini ketimbang Farm House. Disini tempatnya lebih luas dan banyak areal santai keluarga. Anak-anakpun bisa asyik bermain dengan memberi makan kelinci, ikan mas, mancing magnet, outbond atau mencoba naik kereta api mini.

Walaupun pengunjung banyak, area ini cukup luas sehingga tidak perlu antre jika hendak berfoto di suatu titik.

Minggu, 18 September 2016

Hati-hati backpacker naik angkot daerah Lembang Bandung

Hari ini kami bertiga teman 1kantor bermaksud jalan-jalan ala backpacker ke Taman Begonia-Lembang mencegat angkot warna kuning dari simpang pasar Lembang yang melaju ke arah Maribaya. Sebelumnya kami tanya apakah menuju arah Maribaya, supir bilang iya.

Namun setelah kami naik ternyata angkot kuning tsb tdk sampai tempat yang kami tuju karena itu bukan trayeknya. Si supir malah menyarankan kami ke Tangkuban Perahu yang notabene menurut sepengetahuan kami tdk ada angkutan umum masuk kesana dan jalan kakinya jauh. Namun si supir menerangkan jika sekarang pegelolanya bukan lagi perhutani melainkan swasta dan sdh ada angkutan umum kesana.

Akhirnya kami setuju untuk berwisata ke tangkuban perahu, namun ditengah perjalanan barulah si supir mengatakan jika dari pintu tiket biasanya nyarter mobil. Karena hari masih terhitung pagi sekitar jam9:30 dan tidak ada angkot lain kami lihat lalu lalang sekitar sana, kami yang perempuan semua merasa khawatir dan tanggung untuk kembali turun membuang waktu tanpa berwisata, akhirnya kami tanya berapa untuk naik sampai area tangkuban perahu. Si supir hanya mengatakan biasanya 40rb sekali jalan, yang berarti 80rb plg pergi. Kami tawar 70rb, supir setuju.

Kami hanya sekitar 30menit di area kawah , minta turun kembali ke pasar lembang dan tiba pukul 11 siang. Disana, kami baru kaget karena si supir menagih tarif 210rb untuk perjalanan selama 2jam dikurangi 30menit di tangkuban perahu. Jelas-jelas kami merasa tertipu setelah sebelumnya dia mengatakan ada trayek angkot menuju tepat didepan kawah sampai dia tidak menerangkan dengan gamblang bahwa tarif 70rb/org bukan per mobil.

Kalaupun kami bandingkan naik angkot eceran, pasar Lembang ke pintu tiket berjarak +/- 10km paling hanya 10rb x3 =30rb wajarlah sampe kawah 12km 80rb pp. Karena setelah turun bukan hanya kami di angkot tsb, diperjalanan si sopir naikin banyak penumpang lagi.

Semoga tidak ada lagi wisatawan yang jadi korban penipuan si sopir laknat. Saya sendiri sebagai orang Sunda asli Sukabumi jadi malu sama teman2 yang notabene orang suku lain. Dan merasa ditipu sama sesama suku Sunda itu serasa gak punya sodara orang Sunda lagi (saking sakit hatinya-red). Kenapa masih saja ada sopir semacam itu yang kelihatannya seperti membantu tapi ternyata ada niatan mengambil keuntungan dari para traveller yang kebingungan. Sungguh memalukan orang-orang semacam itu dan membuat kapok wisatawan yang akan kesana.

Tempat wisata yang kurang bagus, pelayanan seadanya atau makanan yang disajikan asal-asalan, seringkali tidak sebanding dengan uang yang dikeluarkan wisatawan. Bahkan jauh dari nilai wajar tempat-tempat wisata pada umumnya. Intinya seringkali wisatawan yang baru pertama kali datang dan kebingungan, justru digetok dengan harga-harga yang mahal seolah-olah mereka semua datang untuk membuang-buang uang saja.

Bahkan ada saya dengar di floating market seorang ibu yg menawar jasa perahu dayung dan membuat si Teteh bersungut2 karena kesal harga 2ribu perak masih ditawar jadi seribu. Dia mengatakan "Jika gak punya uang, ya gak usah jalan-jalan", dia mengatakan itu pakai bahasa sunda yg saya pahami betul. Emang benar kterlaluan memang si Ibu, namun si Teteh seperti menyepelekan banget akan adanya wisatawan. Emangnya kalau tidak ada wisatawan yang kesana, dia masih bisa ngais rezeki disana? Heran..

Sabtu, 23 April 2016

Resep Sapo Tahu

Kepengen banget bisa bikin sapo tahu yang otentik atau setidaknya mendekati otentik seperti sapo tahu yang biasa saya pesan dari sebuah resto kecil di Cempaka Putih.
Sudah lama googling gimana cara menbuatnya dan sudah beberapa kali eksperimen, tapi belum ketemu juga rasa yang pas atau sama persis.
Mungkin ada bumbu rahasia yang belum ditambahkan nih, seperti angciu (arak merah?) Yang katanya bikin enak nih masakan.
Tapi karena tidak tahu dimana membelinya dan juga faktor status kehalalan produk, jadi resepnya tidak pakai itu. Walau begitu, rasanya udah mirip-miriplah.. hehe

Bahan :
- 1bungkus tahu jepang (banyak tersedia di supermarket) potong bulat, goreng setengah matang
- 1buah wortel, iris tipis
- 2lembar sawi putih, iris tipis
- 1genggam jamur kancing/hioko/kuping
- fillet dada ayam, iris tipis (bisa ganti cumi/udang jika ingin seafood)
- 3butir bawang putih, geprek
- 1cm jahe, geprek
- 1/2 butir bombay, iris kasar
- 1buah cabai merah besar, buang biji, iris tipis
- 1batang bawang daun, iris
- saus tiram, secukupnya
- garam&merica, secukupnya
- minyak wijen, secukupnya
-  kaldu ayam bubuk, secukupnya
- 1sdm kanji, larutkan dengan air
- air panas secukupnya

Cara membuat:
1.Tumis bawang putih dan bombay sampai layu, tambahkan jahe, cabai, ayam dan beri minyak wijen, saus tiram, aduk sebentar
2.Masukan air panas, jamur, sawi, wortel dan tahu. Didihkan..
3. Tambahkan kaldu, garam, merica dan daun bawang
4.Setelah matang, kentalkan dengan kanji
5.Sajikan panas

Sup Krim Bayam Tofu

Saya suka makanan berkuah, hampir semua jenis makanan berkuah..
Tadinya mau bikin sup krim yang bener2 creamy kayak di resto-resto, berhubung bahannya seadanya dan saya suka yang ada bentuknya jadilah sup krim yang seperti ini.

Bahan :
- 1biji kentang, dipotong kecil2
- mentega secukupnya
- 1siung bawang putih, cincang
- susu plain 100ml
- sosis ayam, potong2 sesuai selera
- 1ikat Bayam, diiris-iris
- 1bungkus, tahu jepang dipotong sesuai selera
- kaldu bubuk rasa ayam
- garam & merica bubuk secukupnya
- 1sdm tepung kanji, larutkan dengan sedikit air
- air 3gelas

Cara membuatnya :
1. Tumis bawang putih dengan mentega, tambahkan kentang+air. Rebus agar kentang lunak sambil diaduk sampai hancur sendiri.
2. Masukan sosis, bayam, tofu
3. Masukan susu, tambahkan kaldu, garam&merica
4. Kentalkan dengan larutan tepung kanji
5. Sajikan selagi hangat

Kamis, 14 April 2016

Ahpoong wisata kuliner Sentul

Jika ada sedang mengunjungi daerah Sentul selatan untuk berwisata ataupun sekedar berjalan-jalan, mampirlah sejenak ke tempat wisata kuliner Ahpoong. Tentu karena lelah sehabis berjalan-jalan, akan lebih asyik jika bersantap santai di tepi sungai yang tenang.

Sungainya sih tidak bening seperti di pegunungan, namum cukup bersih dari sampah-sampah.

Berada di lokasi yang cukup strategis, hanya beberapa kilometer saja dari pintu keluar tol sentul selatan, bundaran pertama belok kanan, ke arah masjid kubah biru Andalusia yang terkenal di Sentul.
Tak seberapa jauh, tepatnya di sebelah Ecopark, tempat yang cukup rimbun dengan pepohonan, membuat suasana menjadi terkesan sejuk. Masuk ke Ahpoong juga melewati taman kecil dengan pepohonan rimbun dan patung robot yang cukup besar disana.

Makanannya beraneka ragam,hampir semuanya makanan citarasa nusantara seperti sate, soto, bakso, ketoprak, gudeg, ayam bakar dll. Namun ada juga beberapa resto citarasa western beroperasi disini.
Oh ya, katanya nih ide pendirian Ahpoong ini dicetuskan oleh pak Bondan yang terkenal dengan kata "maknyus" itu loh.

Anak-anak yang belum lelah bermain bisa terus bermain di tempat permainan anak, atau menyewa sampan untuk sekedar bermain air.
Jika pengunjung lupa membawa uang cash, disini pun terdapat atm bank ternama. Cukup komplit sebagai tujuan wisata kuliner keluarga..

Taman Mini 2016

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya yang bingung mau berakhir pekan kemana, coba saja berkunjung pagi-pagi ke Taman Mini Indonesia Indah(TMII). Selain karena tiketnya yang cukup murah l, hanya rp.10.000/orang, bahkan katanya gratis bagi pengunjung yabg berpakaian olahraga bila datang sebelum jam7 pagi. Entahlah benar apa tidaknya, tapi memang tempat ini akan ramai sekali jika pada libur terutama musim liburan anak sekolah.

Meskipun pagi hari, banyak yang jogging atau bersepeda dengan menyewanya di beberapa tenan yang khusus menyewakan sepeda.

Semua Jakarta tentu pernah ke tempat ini. Disinilah konon semua yang mencerminkan Indonesia itu berada. Semacam Indonesia versi mini, dari pulau-pulau buatan yang ada di tengah danau, rumah-rumah adat dari seluruh daerah, museum-museum, taman-taman satwa, sampai taman hiburannya juga ada.

Tapi tentu saja untuk masuk ke areal-areal taman hiburannya, pengunjung harus membeli tiket lagi ya. Dari yang murah untuk taman-taman satwa atau taman legenda, gratis seperti di rumah-rumah adat, sampe yang agak mahal seperti snowbay atau theater imax keong mas. Hampir semua ada disini..

Jika dikelilingi seharianpun, sepertinya waktunya tidak akan cukup dalam sekali kunjungan saja untuk menjelajahi Indonesia mini ini.

Cukup bangga juga dengan keragaman budaya dan membayangkan betapa luasnya negeri ini.

Negeri Indonesia..

Selasa, 05 Januari 2016

Solo touring ke Ujung Genteng

Libur tahun baru 2016 saya kali ini iseng-iseng pengen ke ujung genteng. padahal sebenarnya sudah lama sekali pengen berkunjung kesana.. tepatnya sudah 3tahun, baru terlaksana.Itupun rada maksa karena waktu libur tinggal 2hari lagi.

Berbekal GPS dan hasil browsing sana sini, jadilah berangkat pagi sekitar jam8an berdua saja boncengan dari Cibadak, Sukabumi.

Kami melewati jalan cikidang yang berliku, mampir sebentar sarapan bubur, lanjut ke pelabuhan ratu sampai jam10. Belok kiri, ambil jalur ke warung Kiara menuju Surade melewati jalan berkelok-kelok ditengah hutan perbukitan dan perkebunan teh.

Untungnya pas musim liburan kayak gini banyak yang liburan juga, tapi tidak sampai macet.
Pertama saya kira curug Cikaso itu berdekatan dengan pantai ujung gentengnya, tapi ternyata salah besar. lumayan jauh ya.. ada kali 30-45menit perjalanan dari pantai ujung gentengnya.tidak recommended buat yang berkunjungnya cuma sehari pulang pergi.

Pantai Ujung Genteng

Sampai jam1 di Ujung Genteng pantainya bayar retribusi 10ribu tanpa tiket sama petugas yang jaga pinggir jalan, dan 3SPBU disana tutup semua pemirsah.. kehabisan bensin ya ngecer jadinya. 

Kami sedikit kecewa sebenarnya sampai disana, pantainya kotor sekali. Banyak sampah bertebaran, mungkin bekas tahun baru dan adanya pasar malam semalam tadi. Sedih ngeliatnya.. 
Jalanan di sepanjang bibir pantai juga rusak, tidak seperti jalan bibir pantai pelabuhan ratu. Di sepanjang bibir pantai juga terlimat kumuh, kurang tertata rapi. Tidak ada hotel, hanya pondokan-pondokan milik pribadi dan beberapa yang terlihat lebih mirip kos-kosan.

                                

Padahal sebenarnya pantainya lumayan bagus ya, pasir putih dan kebetulan mungkin air laut lagi surut, jadi bisa berenang di air yang dangkal dan sangat luas. Jauh dari ombak juga sehingga yang bawa putra putri tak perlu khawatir anak kecilnya terbawa arus ombak.
Seperti di kolam renang saja, di kejauhan ada pantai lagi atau karang yang mencegah ombak sampai ke tepian. Beberapa orang bisa berjalan sangat jauh ke tepian ombak menyusuri air laut yang dangkal.

Sunset Ujung Genteng

Ujung genteng

Sayang, waktu itu sunsetnya kurang sempurna... tertutup awan hitam, maklum musim hujan.
Mengingat musim hujan dan perjalanan pulang yang sangat jauh, kami buru-buru pulang. Baru teringat bensin yang sudah mau habis dan jalanan hutan yang berliku-liku.

Bersyukur kami waktu SPBU buka walaupun ngantre lumayan jauh, pulang jam6 sore.
Horor sekali perjalanan kami setelahnya. Jalanan hutan berliku dan tidak ada penerangan sama sekali, hujan pula permirsah,..lengkap sudah kekhawatiran kami, yang lewat jalanan situ bisa dihitung beberapa saja...wkwkwkkk

Karena takut tanjakan Cikidang yang gila, akhirnya kami memutuskan melewati jalan Cikembar. Syukurlah jalanan lancar..