Kamis, 03 Agustus 2017

Bersantai di pulau Serangan Bali

Penduduk lokal Bali pasti sudah tidak asing lagi dengan pulau Serangan, sebelah selatan Sanur, masuknya dari By Pass Ngurah Rai.

Serangan dan Sakenan, tempatnya hampir berdekatan, tapi beda jalur masuknya. Orang tahunya disini tempat belajar mengendarai motor atau mobil karena tanahnya yang cukup datar dan luas.

Pulau Serangan-Bali
                     
Sore hari terutama di akhir pekan akan ramai sekali muda mudi maupun keluarga bermain disini. 
Acara keluarga biasanya sekedar piknik dipinggir danau yang ada puranya, atau menggelar tenda dan bakar-bakar ikan bersama.

Tempat ini sebenarnya bukanlah pulau karena masih menyatu dengan pulau bali, namun posisinya tepat agak menjorok ke lautan, mungkin masiu bagian dari reklamasi teluk benoa. Air laut disinipun kadang pasang, kadang surut, dan jika surut banyak warga yang sekedar datang buat mancing ikan atau mencari kepiting. Ada juga yang mengabadikannya untuk tujuan fotografi.

Pantai Serangan
                     

Teluk Benoa                        

Tiket masuknya juga tidaklah mahal, hanya 2ribu rupiah untuk 1motor dan 5ribu untuk mobil.
Pulau ini bnyak dihuni lembu yang bebas berkeliaran dan warga lokal, para nelayan juga. Selain itu, ada banyak warung ikan bakar dan aneka seafood lainnya untuk dinikmati.

Warung makan yang paling terkenal murah dan rasanya yang enak disini adalah warung becol, lokasinya bisa dicari via google maps. Ikan, udang, cumi, kerang dll dihitung dengan harga per kilo dan sudah termasuk cara pengolahan dibakar, digoreng ataupun dibuat sup.

Sebagai referensi, untuk 7ons ikan (di bakar&sup) harga 63rb free sambal matah&ulek, nasi putih 5rb/porsi, es teh manis 4rb, plecing kangkung 10rb/porsi.



Menu Warung Becol

Jumat, 16 Juni 2017

Pelesiran Toya Devasya Kintamani

Perjalanan kami selanjutnya dengan sepeda motor adalah menuju kintamani, tepatnya ke pemandian air panas Toya Devasya.
Ini semua karena salah prediksi arus laut aja, tadinya kami berniat menyeberang ke pulau Nusa Penida untuk eksplore wisata disana. Namun ternyata cuaca tidak mendukung, ombaknya sedang pasang dan angin juga cukup kencang. Ya sudahlah, next time saja ke Nusa Penida..

Kami melaju dari Denpasar menuju Kintamani melewati jalur By Pass Ida Bagus Mantra, Klungkung, Bangli menuju Kintamani hanya dalam waktu kurang lebih satu setengah jam saja.

Pemandangan dari atas sangat recomended buat foto-foto, dengan latar danau batur serta gunung agung. Angin lembah juga berhembus dengan sejuk walaupun tengah hari, memanjakan mata untuk berlama-lama duduk disana. Hanya saja pengunjung akan sering ditawari ibu-ibu penjual accesories, pijat refleksi atau buah apalah yang kadang agak sedikit memaksa. Tapi tidak masalah selama kita bisa menolaknya secara sopan.

Turun ke Danau, jalanan agak curam dan berkelok-kelok serta kurang mulus. Beberapa bagian sedang diperbaiki. Hati-hatilah jika keadaan rem kurang pakem ketika dari arah berlawanan berpapasan kendaraan lain misalkan mobil. Kontur jalanan pinggir danau menuju pemandian air panas pun tidak begitu rata di beberapa titik.

Di kintamani ada 2tempat pemandian air panas yang katanya alami yaitu Toya Devasya dan Toya Bungkah. Kami memilih yang Toya Devasya karena sepertinya bagus jika lihat di foto-foto.

Tiket masuknya 60.000 perorang bagi wisatawan domestik dan wajib deposit uang 80.000 untuk 2orang. Entah karena apa ada deposit, mungkin untuk penyewaan loker 10.000 atau lainnya.

Di dalamnya tidak begitu luas, ada pemandian buat anak kecil, ada 1kolam air biasa size olympic, ada restoran, ada cafe dengan bangku-bangkunya. Kolam air panas dewasanya hanya ada 1 yang langsung menghadap danau. Tapi tidak terlalu panas menurut kami, hanya suam-suam kuku saja panasnya kecuali dari pancurannya ada terasa agak panas.

Kami tidak lama mandi disana, hanya sekedar foto-foto saja. Selanjutnya pulang sambil mencari makan ikan mujair nyatnyat aslinya kintamani, tapi dapat-dapatnya malah di Ubud. Nyari resto apung yang banyak direkomen orangpun kami tidak ketemu, malah bablas mau masuk Desa Trunyan yang terkenal seram.
Ya nikmatilah mujair nyatnyat Kintamani di Ubud.. :)

Sabtu, 15 April 2017

Gadon Beach (It's like private beach)

Belum banyak yang tahu mengenai tempat ini.

Perjalanan dari Tanah Lot menuju sini tidak begitu jauh jaraknya. Kurang lebih 15menit menuju pantai Kedungu, namun kami tidak sampai disana melainkan langsung masuk ke jalanan yang belum di aspal dan gapura yang belum selesai dibangun.

Motor bisa masuk menyusuri jalan rusak yang kiri kanannya merupakan pesawahan hijau, kemudian jalan kaki menyusuri jalan setapak yang hampir tidak terlihat karena rerumputan yang tumbuh subur.

Di kejauhan terlihat beberapa ekor lembu diatas hamparan hijau rerumputan.
Kemudian kita akan disuguhi aroma hamparan padang rumput dan angin pantai berbaur menjadi satu.

Karena belum banyak wisatawan luar yang tahu, tempat ini seperti surga tersembunyi saja bagi yang pertama kali mengunjunginya.

Deburan ombak yang menghantam karang lumayan kencang sehingga terkadang menyisakan titik-titik air di udara. Pasirnya pun cukup halus sehingga kita akan senang berlari-lari main air, namun tentu bukan untuk berenang apalagi membawa anak-anak.

Kebanyakan yang datang ke tempat ini sore menjelang malam, duduk-duduk diatas hamparan padang rumput sambil menunggu moment sunset.

Sebaiknya memang datang sekitar jam5an agar tidak terlalu terik matahari, namun buat yang ingin merasa berada di private beach datanglah lebih awal.

Rabu, 25 Januari 2017

Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Lapangan Puputan Renon)

Tidak sengaja sebenarnya kami berkunjung ke Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini. Hanya karena ingin main menghabiskan waktu weekend, namun hari sudah terlanjur siang dan  cuaca waktu itu lumayan terik.

Sehabis checkout Savoyya Hotel, kulineran makan Panties Pizza, belanja-belanja kecil di Tiara Dewata.. Akhirnya karena lewat tidak sengaja melihat bangunan besar ditengah lapangan, kami memutuskan untuk sekedar bersantai disini.

Masuk monumen dikenakan tarif 10ribu/orang untuk orang lokal dan tentunya lebih mahal untuk turis mancanegara. Pintu gerbang hanya dijaga beberapa orang yang bernaung dibawah pohon saja.

Bentuk bangunan monumennya cukup unik, serupa candi yang banyak di jawa tengah. Jadinya ada saja turis mancanegara yang mengadakan foto prewedding disini.

Begitu masuk, ada kolam kecil berikut air mancurnya sehingga cukup adem ketika titik-titik airnya tertiup angin. Lebih naik lagi, masuk ke dalam ruangan, ada kolam ikan koi warna warni dan tangga naik ke atas menara yang cukup tinggi. Sementara lantai 2 sekelilingnya dipenuhi diorama perjuangan rakyat Bali dari jaman dulu sampai masa perjuangan kemerdekaan.

Senin, 02 Januari 2017

Taman Ujung Soekasada

Bagian ke-2 dari perjalanan kami ke Karangasem adalah mengunjungi Taman Ujung Soekasada di sebelah timur Bali. Lokasinya persis dipinggir pantai, bahkan parkirannya sendiri berbatasan langsung dengan pantai.

Dengan membayar tiket 15ribu per orang serta parkir motor 2ribu, kami bebas membawa makanan minuman ke areal wisata. Beberapa keluarga yang berkunjung juga kebanyakan justru berpiknik di atas hamparan rumput hijau dipinggir kolam-kolam ikan.


Taman Ujung Soekasada lebih mirip taman bernuansa bangunan-bangunan tua, dan yang paling ikonik disini adalah bangunan tua diatasnya.

Pengunjung harus menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai spot foto terbaik disini. Dan waktu kami kesana, banyak sekali orang-orang disana yang berfoto sehingga kami malas untuk naik.
Bagi keluarga yang bawa anak-anak, bisa menghibur mereka dengan sewa sepeda air diatas kolam atau memberi makan ikan-ikan pinggir kolam sementara yang lainnya bersantap diatas tikar yang dibawa masing-masing dari rumah.





Bagi kami sendiri tempat ini tidak begitu mengesankan, tidak begitu luas dan juga kurang menghibur buat spot foto. Saran saya pribadi sih, lebih baik lagi jika taman ini lebih banyak ditanami bunga-bunga dan tempat duduk sehingga bisa lebih berwarna dan nyaman untuk berlama-lama disini. Lagipula di Bali ini sepertinya masih belum banyak taman yang menyajikan bunga beraneka warna.


Pantai Amed Tahun Baru 2017

Benar apa yang dibilang Ni Kadek, gadis asli Bali teman sekantor bahwa tahun baru di Bali identik dengan cuaca mendung dan hujan. Kali inipun pergantian tahun baru disambut dengan hujan sejak pagi hari. Selain itu pemandangannya sama saja seperti di Jakarta yaitu macet parah terutama menuju tempat-tempat wisata dan hiburan malam seperti kawasan kuta legian.



Sebenarnya kemacetan parah sudah mulai terasa dari Jumat siang, orang-orang mulai hilir mudik dengan kegiatannya masing-masing. Kemudian semakin parah pada Sabtu menjelang malam.

Sayapun memutuskan untuk tahun baruan menyingkir jauh dari Selatan Bali menuju Pantai Amed.
Entah mengapa tiba-tiba terpikir untuk ke Pantai Amed, padahal sedikitpun tidak terpikir untuk melihat pemandangan wisata yang bagus disana. Hanya saja ada keinginan mengunjungi Taman Ujung Soekasada di Karangasem, agar satu jalur maksudnya.

Dan sesampainya kami di Pantai Amed, ini lebih mirip pantai Ujung Genteng di Sukabumi. Jalanan yang sempit dengan kiri kanan berjejer aneka jenis penginapan dan cafe-cafe kecil pinggir pantai. Kawasan ini kurang tertata apik, sampai-sampai kami sendiri tidak tahu dimana sebenarnya pantai Amed karena tidak ada plang khusus bertuliskan nama tersebut. Atau memang mungkin tidak ada pantai buat umum disini, melainkan semua milik bungalow-bungalow tersebut, jadi semacam private beach.

Yang kami lihat pantai hanya dari tepi jalan, itupun Pantai Jemeluk namanya, agak jauh dari peta Pantai Amed.

Jangan harap ketemu penjual makanan murah sekelas backpacker dsini, rata-rata semua cafe sekelas bule atau menengah keatas. Satu-satunya yang menolong cuma Indomart.


Jalanan sekitar jika malam juga seram banget, sempit, berkelok-kelok, menanjak dan minim penerangan jalan. Karena ini pula akhirnya kami memutuskan untuk menginap disini, di homestay milik penduduk. Memang tidak semeriah di Kuta atau Jakarta, tahun baru disini lebih tenang, hanya beberapa cafe dan bar saja yang mengadakan party kecil-kecilan buat bule.

Minggu, 18 Desember 2016

Cara menuju Lombok via Pelabuhan Padang Bai

Dari Kawasan Kuta, jl.Sunset Road, Jl By Pass Ngurah Rai, Belok kanan ke arah Tabanan menuju Jl.Ida Bagus Mantra. Tinggal lurus terus sampai ke menemukan Pelabuhan Padang Bai, adanya belok ke sebelah kanan jalan. Perjalanan memakan waktu kira-kira 1,5 - 2jam dengan jalanan aspal yang relatif bagus dan mayoritas trek lurus saja.



Sebelum berangkat, ada baiknya membeli cemilan dulu di alfamart sebelah pom bensin sekalian isi bensin biar tidak kehabisan di jalan karena perjalanan di kapal akan memakan waktu paling cepat 4jam dengan kecepatan kapal rata-rata 18-24knot.

Walaupon di kapal ada tivi, agar tidak bosan lebih baik main gadget atau tidur. Jika beruntung dapat kapal yang tempat duduknya bagus bisa tiduran di bangku selama perjalanan. Kalaupun pengen tiduran lebih nyaman, bisa pesan kamar sewaan yang lumayan mahal atau sekedar matras yang disewakan 50ribuan.


Tarif tiket penyeberangan dari Pelabuhan Padang Bai ke Pelabuhan Lembar pada Desember 2016 untuk motor dengan berapapun penumpang yang naik diatasnya sebesar Rp.112.000,-. Sangat murah dibandingkan jika yang naik motor 1keluarga dengan 2anak diatas motor. Begitupun dengan tarif penyeberangan sebaliknya.