Pelangi Homestay |
Kebun Raya Bedugul
|
Seperti itulah kelihatannya.. Seperti itulah kedengarannya.. Seperti itulah harumnya.. Seperti itulah rasanya.. Seperti itu..
Pelangi Homestay |
Kebun Raya Bedugul
|
Kelingking Beach |
View dari parkiran Kelingking Beach |
Angel's Billabong |
Pasih Uug / Broken Beach |
Taman Air Tirta Gangga |
Gerombolan Ikan Mas di Tirta Gangga |
Pulau Serangan-Bali |
Pantai Serangan |
Teluk Benoa |
Perjalanan kami selanjutnya dengan sepeda motor adalah menuju kintamani, tepatnya ke pemandian air panas Toya Devasya.
Ini semua karena salah prediksi arus laut aja, tadinya kami berniat menyeberang ke pulau Nusa Penida untuk eksplore wisata disana. Namun ternyata cuaca tidak mendukung, ombaknya sedang pasang dan angin juga cukup kencang. Ya sudahlah, next time saja ke Nusa Penida..
Kami melaju dari Denpasar menuju Kintamani melewati jalur By Pass Ida Bagus Mantra, Klungkung, Bangli menuju Kintamani hanya dalam waktu kurang lebih satu setengah jam saja.
Pemandangan dari atas sangat recomended buat foto-foto, dengan latar danau batur serta gunung agung. Angin lembah juga berhembus dengan sejuk walaupun tengah hari, memanjakan mata untuk berlama-lama duduk disana. Hanya saja pengunjung akan sering ditawari ibu-ibu penjual accesories, pijat refleksi atau buah apalah yang kadang agak sedikit memaksa. Tapi tidak masalah selama kita bisa menolaknya secara sopan.
Turun ke Danau, jalanan agak curam dan berkelok-kelok serta kurang mulus. Beberapa bagian sedang diperbaiki. Hati-hatilah jika keadaan rem kurang pakem ketika dari arah berlawanan berpapasan kendaraan lain misalkan mobil. Kontur jalanan pinggir danau menuju pemandian air panas pun tidak begitu rata di beberapa titik.
Di kintamani ada 2tempat pemandian air panas yang katanya alami yaitu Toya Devasya dan Toya Bungkah. Kami memilih yang Toya Devasya karena sepertinya bagus jika lihat di foto-foto.
Tiket masuknya 60.000 perorang bagi wisatawan domestik dan wajib deposit uang 80.000 untuk 2orang. Entah karena apa ada deposit, mungkin untuk penyewaan loker 10.000 atau lainnya.
Di dalamnya tidak begitu luas, ada pemandian buat anak kecil, ada 1kolam air biasa size olympic, ada restoran, ada cafe dengan bangku-bangkunya. Kolam air panas dewasanya hanya ada 1 yang langsung menghadap danau. Tapi tidak terlalu panas menurut kami, hanya suam-suam kuku saja panasnya kecuali dari pancurannya ada terasa agak panas.
Kami tidak lama mandi disana, hanya sekedar foto-foto saja. Selanjutnya pulang sambil mencari makan ikan mujair nyatnyat aslinya kintamani, tapi dapat-dapatnya malah di Ubud. Nyari resto apung yang banyak direkomen orangpun kami tidak ketemu, malah bablas mau masuk Desa Trunyan yang terkenal seram.
Ya nikmatilah mujair nyatnyat Kintamani di Ubud.. :)
Belum banyak yang tahu mengenai tempat ini.
Perjalanan dari Tanah Lot menuju sini tidak begitu jauh jaraknya. Kurang lebih 15menit menuju pantai Kedungu, namun kami tidak sampai disana melainkan langsung masuk ke jalanan yang belum di aspal dan gapura yang belum selesai dibangun.
Motor bisa masuk menyusuri jalan rusak yang kiri kanannya merupakan pesawahan hijau, kemudian jalan kaki menyusuri jalan setapak yang hampir tidak terlihat karena rerumputan yang tumbuh subur.
Di kejauhan terlihat beberapa ekor lembu diatas hamparan hijau rerumputan.
Kemudian kita akan disuguhi aroma hamparan padang rumput dan angin pantai berbaur menjadi satu.
Karena belum banyak wisatawan luar yang tahu, tempat ini seperti surga tersembunyi saja bagi yang pertama kali mengunjunginya.
Deburan ombak yang menghantam karang lumayan kencang sehingga terkadang menyisakan titik-titik air di udara. Pasirnya pun cukup halus sehingga kita akan senang berlari-lari main air, namun tentu bukan untuk berenang apalagi membawa anak-anak.
Kebanyakan yang datang ke tempat ini sore menjelang malam, duduk-duduk diatas hamparan padang rumput sambil menunggu moment sunset.
Sebaiknya memang datang sekitar jam5an agar tidak terlalu terik matahari, namun buat yang ingin merasa berada di private beach datanglah lebih awal.
Tidak sengaja sebenarnya kami berkunjung ke Monumen Perjuangan Rakyat Bali ini. Hanya karena ingin main menghabiskan waktu weekend, namun hari sudah terlanjur siang dan cuaca waktu itu lumayan terik.
Sehabis checkout Savoyya Hotel, kulineran makan Panties Pizza, belanja-belanja kecil di Tiara Dewata.. Akhirnya karena lewat tidak sengaja melihat bangunan besar ditengah lapangan, kami memutuskan untuk sekedar bersantai disini.
Masuk monumen dikenakan tarif 10ribu/orang untuk orang lokal dan tentunya lebih mahal untuk turis mancanegara. Pintu gerbang hanya dijaga beberapa orang yang bernaung dibawah pohon saja.
Bentuk bangunan monumennya cukup unik, serupa candi yang banyak di jawa tengah. Jadinya ada saja turis mancanegara yang mengadakan foto prewedding disini.
Begitu masuk, ada kolam kecil berikut air mancurnya sehingga cukup adem ketika titik-titik airnya tertiup angin. Lebih naik lagi, masuk ke dalam ruangan, ada kolam ikan koi warna warni dan tangga naik ke atas menara yang cukup tinggi. Sementara lantai 2 sekelilingnya dipenuhi diorama perjuangan rakyat Bali dari jaman dulu sampai masa perjuangan kemerdekaan.