Minggu, 18 September 2016

Hati-hati backpacker naik angkot daerah Lembang Bandung

Hari ini kami bertiga teman 1kantor bermaksud jalan-jalan ala backpacker ke Taman Begonia-Lembang mencegat angkot warna kuning dari simpang pasar Lembang yang melaju ke arah Maribaya. Sebelumnya kami tanya apakah menuju arah Maribaya, supir bilang iya.

Namun setelah kami naik ternyata angkot kuning tsb tdk sampai tempat yang kami tuju karena itu bukan trayeknya. Si supir malah menyarankan kami ke Tangkuban Perahu yang notabene menurut sepengetahuan kami tdk ada angkutan umum masuk kesana dan jalan kakinya jauh. Namun si supir menerangkan jika sekarang pegelolanya bukan lagi perhutani melainkan swasta dan sdh ada angkutan umum kesana.

Akhirnya kami setuju untuk berwisata ke tangkuban perahu, namun ditengah perjalanan barulah si supir mengatakan jika dari pintu tiket biasanya nyarter mobil. Karena hari masih terhitung pagi sekitar jam9:30 dan tidak ada angkot lain kami lihat lalu lalang sekitar sana, kami yang perempuan semua merasa khawatir dan tanggung untuk kembali turun membuang waktu tanpa berwisata, akhirnya kami tanya berapa untuk naik sampai area tangkuban perahu. Si supir hanya mengatakan biasanya 40rb sekali jalan, yang berarti 80rb plg pergi. Kami tawar 70rb, supir setuju.

Kami hanya sekitar 30menit di area kawah , minta turun kembali ke pasar lembang dan tiba pukul 11 siang. Disana, kami baru kaget karena si supir menagih tarif 210rb untuk perjalanan selama 2jam dikurangi 30menit di tangkuban perahu. Jelas-jelas kami merasa tertipu setelah sebelumnya dia mengatakan ada trayek angkot menuju tepat didepan kawah sampai dia tidak menerangkan dengan gamblang bahwa tarif 70rb/org bukan per mobil.

Kalaupun kami bandingkan naik angkot eceran, pasar Lembang ke pintu tiket berjarak +/- 10km paling hanya 10rb x3 =30rb wajarlah sampe kawah 12km 80rb pp. Karena setelah turun bukan hanya kami di angkot tsb, diperjalanan si sopir naikin banyak penumpang lagi.

Semoga tidak ada lagi wisatawan yang jadi korban penipuan si sopir laknat. Saya sendiri sebagai orang Sunda asli Sukabumi jadi malu sama teman2 yang notabene orang suku lain. Dan merasa ditipu sama sesama suku Sunda itu serasa gak punya sodara orang Sunda lagi (saking sakit hatinya-red). Kenapa masih saja ada sopir semacam itu yang kelihatannya seperti membantu tapi ternyata ada niatan mengambil keuntungan dari para traveller yang kebingungan. Sungguh memalukan orang-orang semacam itu dan membuat kapok wisatawan yang akan kesana.

Tempat wisata yang kurang bagus, pelayanan seadanya atau makanan yang disajikan asal-asalan, seringkali tidak sebanding dengan uang yang dikeluarkan wisatawan. Bahkan jauh dari nilai wajar tempat-tempat wisata pada umumnya. Intinya seringkali wisatawan yang baru pertama kali datang dan kebingungan, justru digetok dengan harga-harga yang mahal seolah-olah mereka semua datang untuk membuang-buang uang saja.

Bahkan ada saya dengar di floating market seorang ibu yg menawar jasa perahu dayung dan membuat si Teteh bersungut2 karena kesal harga 2ribu perak masih ditawar jadi seribu. Dia mengatakan "Jika gak punya uang, ya gak usah jalan-jalan", dia mengatakan itu pakai bahasa sunda yg saya pahami betul. Emang benar kterlaluan memang si Ibu, namun si Teteh seperti menyepelekan banget akan adanya wisatawan. Emangnya kalau tidak ada wisatawan yang kesana, dia masih bisa ngais rezeki disana? Heran..

Sabtu, 23 April 2016

Resep Sapo Tahu

Kepengen banget bisa bikin sapo tahu yang otentik atau setidaknya mendekati otentik seperti sapo tahu yang biasa saya pesan dari sebuah resto kecil di Cempaka Putih.
Sudah lama googling gimana cara menbuatnya dan sudah beberapa kali eksperimen, tapi belum ketemu juga rasa yang pas atau sama persis.
Mungkin ada bumbu rahasia yang belum ditambahkan nih, seperti angciu (arak merah?) Yang katanya bikin enak nih masakan.
Tapi karena tidak tahu dimana membelinya dan juga faktor status kehalalan produk, jadi resepnya tidak pakai itu. Walau begitu, rasanya udah mirip-miriplah.. hehe

Bahan :
- 1bungkus tahu jepang (banyak tersedia di supermarket) potong bulat, goreng setengah matang
- 1buah wortel, iris tipis
- 2lembar sawi putih, iris tipis
- 1genggam jamur kancing/hioko/kuping
- fillet dada ayam, iris tipis (bisa ganti cumi/udang jika ingin seafood)
- 3butir bawang putih, geprek
- 1cm jahe, geprek
- 1/2 butir bombay, iris kasar
- 1buah cabai merah besar, buang biji, iris tipis
- 1batang bawang daun, iris
- saus tiram, secukupnya
- garam&merica, secukupnya
- minyak wijen, secukupnya
-  kaldu ayam bubuk, secukupnya
- 1sdm kanji, larutkan dengan air
- air panas secukupnya

Cara membuat:
1.Tumis bawang putih dan bombay sampai layu, tambahkan jahe, cabai, ayam dan beri minyak wijen, saus tiram, aduk sebentar
2.Masukan air panas, jamur, sawi, wortel dan tahu. Didihkan..
3. Tambahkan kaldu, garam, merica dan daun bawang
4.Setelah matang, kentalkan dengan kanji
5.Sajikan panas

Sup Krim Bayam Tofu

Saya suka makanan berkuah, hampir semua jenis makanan berkuah..
Tadinya mau bikin sup krim yang bener2 creamy kayak di resto-resto, berhubung bahannya seadanya dan saya suka yang ada bentuknya jadilah sup krim yang seperti ini.

Bahan :
- 1biji kentang, dipotong kecil2
- mentega secukupnya
- 1siung bawang putih, cincang
- susu plain 100ml
- sosis ayam, potong2 sesuai selera
- 1ikat Bayam, diiris-iris
- 1bungkus, tahu jepang dipotong sesuai selera
- kaldu bubuk rasa ayam
- garam & merica bubuk secukupnya
- 1sdm tepung kanji, larutkan dengan sedikit air
- air 3gelas

Cara membuatnya :
1. Tumis bawang putih dengan mentega, tambahkan kentang+air. Rebus agar kentang lunak sambil diaduk sampai hancur sendiri.
2. Masukan sosis, bayam, tofu
3. Masukan susu, tambahkan kaldu, garam&merica
4. Kentalkan dengan larutan tepung kanji
5. Sajikan selagi hangat

Kamis, 14 April 2016

Ahpoong wisata kuliner Sentul

Jika ada sedang mengunjungi daerah Sentul selatan untuk berwisata ataupun sekedar berjalan-jalan, mampirlah sejenak ke tempat wisata kuliner Ahpoong. Tentu karena lelah sehabis berjalan-jalan, akan lebih asyik jika bersantap santai di tepi sungai yang tenang.

Sungainya sih tidak bening seperti di pegunungan, namum cukup bersih dari sampah-sampah.

Berada di lokasi yang cukup strategis, hanya beberapa kilometer saja dari pintu keluar tol sentul selatan, bundaran pertama belok kanan, ke arah masjid kubah biru Andalusia yang terkenal di Sentul.
Tak seberapa jauh, tepatnya di sebelah Ecopark, tempat yang cukup rimbun dengan pepohonan, membuat suasana menjadi terkesan sejuk. Masuk ke Ahpoong juga melewati taman kecil dengan pepohonan rimbun dan patung robot yang cukup besar disana.

Makanannya beraneka ragam,hampir semuanya makanan citarasa nusantara seperti sate, soto, bakso, ketoprak, gudeg, ayam bakar dll. Namun ada juga beberapa resto citarasa western beroperasi disini.
Oh ya, katanya nih ide pendirian Ahpoong ini dicetuskan oleh pak Bondan yang terkenal dengan kata "maknyus" itu loh.

Anak-anak yang belum lelah bermain bisa terus bermain di tempat permainan anak, atau menyewa sampan untuk sekedar bermain air.
Jika pengunjung lupa membawa uang cash, disini pun terdapat atm bank ternama. Cukup komplit sebagai tujuan wisata kuliner keluarga..

Taman Mini 2016

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya yang bingung mau berakhir pekan kemana, coba saja berkunjung pagi-pagi ke Taman Mini Indonesia Indah(TMII). Selain karena tiketnya yang cukup murah l, hanya rp.10.000/orang, bahkan katanya gratis bagi pengunjung yabg berpakaian olahraga bila datang sebelum jam7 pagi. Entahlah benar apa tidaknya, tapi memang tempat ini akan ramai sekali jika pada libur terutama musim liburan anak sekolah.

Meskipun pagi hari, banyak yang jogging atau bersepeda dengan menyewanya di beberapa tenan yang khusus menyewakan sepeda.

Semua Jakarta tentu pernah ke tempat ini. Disinilah konon semua yang mencerminkan Indonesia itu berada. Semacam Indonesia versi mini, dari pulau-pulau buatan yang ada di tengah danau, rumah-rumah adat dari seluruh daerah, museum-museum, taman-taman satwa, sampai taman hiburannya juga ada.

Tapi tentu saja untuk masuk ke areal-areal taman hiburannya, pengunjung harus membeli tiket lagi ya. Dari yang murah untuk taman-taman satwa atau taman legenda, gratis seperti di rumah-rumah adat, sampe yang agak mahal seperti snowbay atau theater imax keong mas. Hampir semua ada disini..

Jika dikelilingi seharianpun, sepertinya waktunya tidak akan cukup dalam sekali kunjungan saja untuk menjelajahi Indonesia mini ini.

Cukup bangga juga dengan keragaman budaya dan membayangkan betapa luasnya negeri ini.

Negeri Indonesia..

Selasa, 05 Januari 2016

Solo touring ke Ujung Genteng

Libur tahun baru 2016 saya kali ini iseng-iseng pengen ke ujung genteng. padahal sebenarnya sudah lama sekali pengen berkunjung kesana.. tepatnya sudah 3tahun, baru terlaksana.Itupun rada maksa karena waktu libur tinggal 2hari lagi.

Berbekal GPS dan hasil browsing sana sini, jadilah berangkat pagi sekitar jam8an berdua saja boncengan dari Cibadak, Sukabumi.

Kami melewati jalan cikidang yang berliku, mampir sebentar sarapan bubur, lanjut ke pelabuhan ratu sampai jam10. Belok kiri, ambil jalur ke warung Kiara menuju Surade melewati jalan berkelok-kelok ditengah hutan perbukitan dan perkebunan teh.

Untungnya pas musim liburan kayak gini banyak yang liburan juga, tapi tidak sampai macet.
Pertama saya kira curug Cikaso itu berdekatan dengan pantai ujung gentengnya, tapi ternyata salah besar. lumayan jauh ya.. ada kali 30-45menit perjalanan dari pantai ujung gentengnya.tidak recommended buat yang berkunjungnya cuma sehari pulang pergi.

Pantai Ujung Genteng

Sampai jam1 di Ujung Genteng pantainya bayar retribusi 10ribu tanpa tiket sama petugas yang jaga pinggir jalan, dan 3SPBU disana tutup semua pemirsah.. kehabisan bensin ya ngecer jadinya. 

Kami sedikit kecewa sebenarnya sampai disana, pantainya kotor sekali. Banyak sampah bertebaran, mungkin bekas tahun baru dan adanya pasar malam semalam tadi. Sedih ngeliatnya.. 
Jalanan di sepanjang bibir pantai juga rusak, tidak seperti jalan bibir pantai pelabuhan ratu. Di sepanjang bibir pantai juga terlimat kumuh, kurang tertata rapi. Tidak ada hotel, hanya pondokan-pondokan milik pribadi dan beberapa yang terlihat lebih mirip kos-kosan.

                                

Padahal sebenarnya pantainya lumayan bagus ya, pasir putih dan kebetulan mungkin air laut lagi surut, jadi bisa berenang di air yang dangkal dan sangat luas. Jauh dari ombak juga sehingga yang bawa putra putri tak perlu khawatir anak kecilnya terbawa arus ombak.
Seperti di kolam renang saja, di kejauhan ada pantai lagi atau karang yang mencegah ombak sampai ke tepian. Beberapa orang bisa berjalan sangat jauh ke tepian ombak menyusuri air laut yang dangkal.

Sunset Ujung Genteng

Ujung genteng

Sayang, waktu itu sunsetnya kurang sempurna... tertutup awan hitam, maklum musim hujan.
Mengingat musim hujan dan perjalanan pulang yang sangat jauh, kami buru-buru pulang. Baru teringat bensin yang sudah mau habis dan jalanan hutan yang berliku-liku.

Bersyukur kami waktu SPBU buka walaupun ngantre lumayan jauh, pulang jam6 sore.
Horor sekali perjalanan kami setelahnya. Jalanan hutan berliku dan tidak ada penerangan sama sekali, hujan pula permirsah,..lengkap sudah kekhawatiran kami, yang lewat jalanan situ bisa dihitung beberapa saja...wkwkwkkk

Karena takut tanjakan Cikidang yang gila, akhirnya kami memutuskan melewati jalan Cikembar. Syukurlah jalanan lancar..



Senin, 02 November 2015

Telaga warna yang tak bermakna

Mampir sebentar, hitung-hitung menunggu macet. Talaga warna yang jalan masuknya cuma masuk motor diantara warung-warung dekat puncak pas..
Masuk kira-kira 300meter dari gang, diantara perkebunan teh.
Tarif masuk 10ribu per orang kalau gak salah, parkir 4ribu, ekspektasi saya lumayan lah buat duduk-duduk sambil ngopi bawah pohon.

Tapi rupanya mengecewakan sekali. Telaganya tidak begitu luas, memang hijau seperti pepohonan sekitarnya. Ada semacam penginapan juga, semacam rumah-rumah kayu. saya lihat tarifnya 300ribu/malam dipinggir telaga, tapi sepertinya kurang meyakinkan.
Sepertinya jarang yang menginap disana, kesan kurang terawat dan kotor. Terasnya malah dijadikan tempat duduk2 dan tiduran sama pengunjung danau.
Yang rada menonjol dan mengingatkan tempat disana itu cuma banyak monyet-monyet liar yang seringkali mencuri makanan para pengunjung.Berebutan dan bergelantungan dekat pengunjung seperti sudah terbiasa dengan kehadiran manusia.
Ada flying fox yang melintasi tengah telaga. Ada "jungle tracking" juga..
Saya coba ikuti jalur jungle tracking-nya, sama sekali tidak menarik.


Yang mengejutkan, kami berpapasan dengan 4orang wisatawan (dari India sepertinya) yang menanyakan apakh ada hal menarik lainnya di atas sana.
Kami bingung mau berkata apa selain memberikan keterangan yang sebenarnya  bahwa disana tidak ada apa-apa.Apalagi si turis mengatakan bahwa mereka telah membayar seharga 300ribu berempat hanya untuk masuk ke tempat tersebut. Wow.. Inikah Indonesia? Haha..
Karena penasaran, kami pun lihat tarif masuk disana bagi turis asing. Memang seharga itu, tapi mereka tidak dikasih karcis masuk sama sekali..
Tidak seperti Taman bunga nusantara yanh di Cipanas, HTM turis asing dan lokal yang tidak beda jauh.
Ini yang kelola pemerintah atau swasta sih? Entahlah..
Seringkali kami tak habis pikir dengan tempat-tempat "wisata" seperti itu.


Pas keluar, kami lihat ada juga beberapa turis arab yang menanyakan harga tiket yang akhirnya tidak jadi masuk kesana.. Smart choice :P